0
News
    Home Esports Game

    Deretan CEO & Pendiri Tim Esports Tersukses Asal Indonesia

    "Berikut ini adalah para pendiri tim esports Indonesia seperti RRQ, ONIC, EVOS, dan lainnya yang sukses membawa nama Indonesia ke panggung dunia."

    17 min read

    ceo tim esports indonesia

    Industri esports Indonesia kini berkembang pesat dan menjadi salah satu ekosistem paling dinamis di Asia Tenggara. Di balik layar, ada sosok-sosok visioner yang mengubah hobi bermain game menjadi bisnis bernilai miliaran rupiah. Dari Andrian Pauline Husen sang motor utama RRQ, hingga Rob Clinton Kardinal dari ONIC Esports, mereka membuktikan bahwa passion di dunia game bisa menjadi pondasi karier dan inovasi.

    Kamu mungkin mengenal nama tim seperti RRQ, EVOS, Bigetron, atau ONIC dari turnamen besar seperti MPL Indonesia, PUBG Mobile Pro League, atau Free Fire Master League. Namun, tahukah kamu siapa orang-orang yang berada di balik strategi, visi, dan kesuksesan organisasi esports terbesar itu?

    Artikel ini akan mengajak kamu mengenal lebih dekat deretan CEO dan pendiri tim esports Indonesia yang membawa semangat profesionalisme ke dunia digital. Mereka bukan hanya pemimpin bisnis, tapi juga pelopor perubahan yang menjadikan esports di tanah air setara dengan industri olahraga konvensional.

    Dengan memahami kisah mereka, kamu akan melihat bagaimana kerja keras, inovasi, dan keberanian mengambil risiko bisa membuka jalan menuju puncak prestasi di dunia esports global.

    Andrian Pauline Husen (Pak AP) – CEO & Co-Founder RRQ

    rrq pak ap
    image: MPL ID Planet Esports

    Ketika berbicara tentang esports Indonesia, nama Andrian Pauline Husen atau yang lebih dikenal sebagai Pak AP selalu muncul di barisan teratas. Ia adalah sosok di balik kejayaan Rex Regum Qeon (RRQ), organisasi esports yang dikenal luas bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional.

    Lahir dan besar di Jakarta, Pak AP mengawali kariernya bukan dari dunia bisnis, melainkan dari semangat kompetitif sebagai pemain Counter-Strike (CS). Ketekunannya dalam dunia game membawanya bergabung dengan tim legendaris XCN — salah satu tim FPS terkuat di Indonesia pada masanya. Pengalaman inilah yang menjadi dasar pemahamannya tentang dunia kompetitif dan manajemen tim profesional.

    Setelah menyelesaikan pendidikan di STIKOM LSPR jurusan Advertising (2003–2007), ia melanjutkan studi Magister Manajemen Bisnis di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2014. Latar akademik dan pengalaman komunitas gaming membentuk visi bisnisnya: menjadikan esports sebagai industri berkelanjutan.

    Pada Oktober 2013, bersama Calvin “Nano” Thenderan, Pak AP resmi mendirikan RRQ. Awalnya berfokus di game Dota 2, RRQ berkembang pesat dan memperluas divisi ke berbagai game populer seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, Valorant, dan Free Fire. Di bawah kepemimpinannya, RRQ menjadi ikon esports Indonesia, dikenal lewat tim-tim tangguh seperti RRQ Hoshi yang menjuarai berbagai ajang MPL ID.

    Selain mengembangkan organisasi, Pak AP juga dikenal karena pendekatannya terhadap komunitas. Dalam wawancara dengan Detik Inet (2025), ia menegaskan bahwa “komunitas yang sehat akan membuat ekosistem esports di Indonesia jadi lebih kuat.” Komitmen itu tercermin dari strategi RRQ yang tidak hanya membangun tim, tetapi juga menciptakan ruang bagi pemain muda untuk berkembang.

    Kini, RRQ bukan sekadar tim esports. Ia telah menjadi brand global yang merepresentasikan profesionalisme, loyalitas, dan semangat kompetitif khas Indonesia. Di bawah kepemimpinan Pak AP, RRQ berhasil menembus daftar tim esports paling populer dunia versi Esports Charts dan menjadi panutan bagi banyak organisasi lain di Asia Tenggara.


    Edwin Chia (Ko Edwin / Kobjet) – Pendiri dan CEO Bigetron Esports

    ko ed btr vitality
    Doc: vitality.gg

    Jika RRQ dikenal sebagai raja esports Indonesia, maka Bigetron Esports adalah simbol kebangkitan generasi baru. Di balik kesuksesan organisasi raksasa ini berdiri sosok visioner bernama Edwin Chia, atau yang lebih akrab disapa Ko Edwin dan dikenal dengan nama panggung BTR Kobjet.

    Lulusan University of Western Australia ini memulai perjalanan Bigetron Esports pada tahun 2017. Awalnya, tim tersebut dibentuk hanya sebagai wadah komunitas kecil bagi para pemain yang ingin bersaing di League of Legends. Namun, ketika tren game mobile mulai mendominasi pasar, Edwin melihat peluang besar di ranah Mobile Legends dan Arena of Valor (AOV). Dari titik itu, Bigetron bertransformasi menjadi salah satu organisasi esports paling sukses di Asia Tenggara.

    Visi Edwin sederhana tapi kuat: membangun ekosistem yang memprioritaskan talenta lokal dengan standar internasional. Ia percaya bahwa pemain Indonesia mampu bersaing dengan tim global jika diberikan manajemen profesional dan dukungan penuh.

    Perubahan besar terjadi ketika divisi PUBG Mobile Bigetron Red Aliens (BTR RA) menorehkan sejarah sebagai juara dunia di PMCO 2019 dan PMWL 2020. Sejak saat itu, Bigetron Esports menjadi sinonim dari dominasi dan disiplin dalam ranah kompetitif.

    Pada Mei 2025, Bigetron Esports resmi diakuisisi oleh Team Vitality, organisasi esports asal Prancis. Meski akuisisi ini membawa perubahan struktur manajemen, Edwin tetap dipercaya untuk memimpin strategi ekspansi Asia dan menjaga identitas Bigetron sebagai tim esports Indonesia yang berprestasi.

    Di berbagai wawancara, Edwin menekankan pentingnya pendekatan data dan analisis performa pemain. Ia menganggap esports tidak bisa hanya bergantung pada bakat, tetapi juga membutuhkan sains, disiplin, dan sistem. Filosofi inilah yang membuat Bigetron Esports tetap konsisten tampil kompetitif di berbagai cabang seperti PUBG Mobile, Free Fire, Call of Duty Mobile, dan Honor of Kings.

    Kini, Bigetron bukan sekadar tim — ia adalah institusi esports yang membawa nama Indonesia ke pentas global. Di bawah kepemimpinan Edwin Chia, Bigetron terus membuktikan bahwa visi, profesionalisme, dan kerja keras bisa menjadikan hobi menjadi industri bernilai miliaran.


    Tommy Hermawan Lo – Pendiri Dewa United Esports

    tommy hermawan lo dewa united
    Doc: instagram @tommyhermawanlo

    Nama Tommy Hermawan Lo mungkin lebih dulu dikenal dalam dunia bisnis dan olahraga konvensional, namun kiprahnya di ranah esports Indonesia kini tak bisa diabaikan. Sebagai pendiri dan pemilik Dewa United Esports, Tommy membawa semangat modernisasi olahraga ke era digital dengan visi besar: menjadikan esports sebagai bagian dari industri hiburan dan prestasi nasional.

    Tommy merupakan sosok di balik JHL Group, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di berbagai sektor mulai dari properti, otomotif, media, tambang, hingga olahraga. Dari fondasi bisnis inilah lahir komitmennya untuk membangun ekosistem olahraga berkelanjutan — termasuk melalui Dewa United, klub yang menaungi sepak bola, basket, dan esports.

    Didirikan pada tahun 2021, Dewa United Esports menjadi simbol perpaduan antara profesionalisme bisnis dan semangat kompetitif gaming. Di bawah naungan Tommy, tim ini memiliki misi yang jelas: mengembangkan talenta muda di seluruh Indonesia dan memberikan peluang bagi pemain untuk berkarier secara profesional.

    Divisi yang dikelola oleh Dewa United Esports mencakup game-game populer seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, Free Fire, Arena of Valor, FIFA, Apex Legends, dan E-Football. Dalam waktu singkat, tim ini berhasil menembus berbagai kompetisi nasional dan menunjukkan potensi besar untuk bersaing di level internasional.

    Filosofi yang dipegang Tommy sangat khas — sederhana tapi kuat: “Datang, Bertanding, dan Menang.” Prinsip itu diterapkan di setiap lini, dari pemain hingga staf manajemen. Ia menekankan pentingnya etos kerja, mental juara, dan integritas dalam setiap pertandingan.

    Selain itu, Tommy juga aktif di Federasi Esports International (EASF), menunjukkan dedikasinya dalam membangun pondasi esports secara global. Langkah ini tidak hanya memperluas jaringan Dewa United, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di peta industri esports dunia.

    Melalui kepemimpinan visioner Tommy Hermawan Lo, Dewa United Esports tumbuh sebagai salah satu organisasi yang tidak hanya berorientasi pada kemenangan, tetapi juga pada pembangunan talenta dan profesionalisme industri esports nasional.


    Rob Clinton Kardinal – Co-Founder dan CEO ONIC Esports

    rob clinton kardinal onic
    Doc: instagram @robclintonkardinal

    Di balik gemilang prestasi ONIC Esports, salah satu tim paling disegani di Asia Tenggara, terdapat sosok muda visioner bernama Rob Clinton Kardinal. Ia adalah pengusaha, politisi, sekaligus gamer sejati yang berhasil menjembatani dunia bisnis, teknologi, dan hiburan digital dalam satu wadah bernama ONIC Esports.

    Lahir di Jakarta tahun 1993, Rob Clinton menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan melanjutkan studinya ke University of Adelaide, Australia. Berbekal pengalaman internasional dan semangat untuk memajukan dunia game di tanah air, ia bersama Justin Wijaya mendirikan ONIC Esports pada tahun 2018.

    Motivasi Rob dalam membangun ONIC berawal dari hobinya bermain game dan keinginannya memberikan wadah profesional bagi para pemain muda berbakat. Ia percaya bahwa esports bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga tentang karier, kreativitas, dan komunitas.

    ONIC Esports pun tumbuh pesat di bawah kepemimpinannya. Dalam waktu singkat, tim ini dikenal luas lewat divisi Mobile Legends: Bang Bang, PUBG Mobile, Free Fire, Apex Legends, dan Pokémon Unite. ONIC bahkan meraih berbagai gelar bergengsi seperti MPL ID Season 3, MSC 2023, dan M5 World Championship 2024, menjadikannya salah satu tim paling sukses di Asia Tenggara.

    Tak hanya memimpin ONIC, Rob juga aktif di ranah industri game nasional. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Video Games Indonesia (AVGI), organisasi yang berfokus pada pengembangan industri game dan esports di Indonesia. Melalui perannya, ia memperjuangkan kebijakan dan dukungan pemerintah untuk memperkuat ekosistem esports dalam negeri.

    Filosofi Rob sederhana namun kuat: “Bangun tim dengan karakter, bukan hanya skill.” Ia percaya bahwa karakter dan budaya organisasi yang sehat menjadi fondasi kesuksesan jangka panjang. Prinsip ini terbukti efektif — ONIC dikenal tidak hanya karena prestasinya, tetapi juga karena manajemen yang solid dan komunitas fanatik bernama ONIC Fans atau Sonic Nation.

    Kini, ONIC Esports menjadi simbol konsistensi, kreativitas, dan kekuatan komunitas dalam industri esports Indonesia. Di bawah kepemimpinan Rob Clinton Kardinal, ONIC bukan sekadar tim — ia adalah pergerakan budaya esports modern yang menginspirasi generasi muda untuk bermimpi besar melalui dunia digital.


    Christopher Jaja – Pendiri Aura Esports, Kini di Bawah Naungan Team Liquid

    christopher djaja tlid
    Doc: GGWP

    Nama Christopher Jaja mungkin belum sepopuler tim yang ia bangun, namun pengaruhnya terhadap ekosistem esports Indonesia tak bisa diabaikan. Sebagai pendiri sekaligus CEO Aura Esports, Jaja adalah sosok yang membawa semangat profesionalisme, visi global, dan ekspansi lintas negara ke dalam dunia esports tanah air.

    Christopher menempuh pendidikan di Jakarta Intercultural School (JIS) dan melanjutkan kuliah di DePaul University, Amerika Serikat. Latar belakang pendidikan internasional ini membentuk pola pikir bisnisnya yang berorientasi pada skala global dan berkelanjutan.

    Pada tahun 2018, Christopher resmi mendirikan Aura Esports, yang awalnya disokong oleh Waksana Group, sebuah perusahaan besar di bidang distribusi dan logistik. Divisi pertama Aura adalah Free Fire, yang langsung menarik perhatian publik berkat performa kompetitifnya. Setahun kemudian, tim ini memperluas jangkauannya ke PUBG Mobile dan Mobile Legends: Bang Bang, menjadikannya salah satu organisasi esports multigame paling aktif di Indonesia.

    Keberhasilan Aura tidak berhenti di situ. Christopher melakukan langkah berani dengan membuka franchise internasional, yaitu Aura Philippines (Aura PH). Tim tersebut kemudian berevolusi menjadi ECHO PH, yang sukses menjuarai M4 World Championship 2023, ajang esports terbesar Mobile Legends di dunia.

    Langkah ini memperlihatkan visi Christopher dalam memperluas pengaruh esports Indonesia ke tingkat global. Keberanian dan strateginya dalam ekspansi lintas negara menunjukkan pemahaman mendalam tentang bisnis esports modern — bahwa masa depan industri ini ada pada kolaborasi lintas kawasan dan inovasi jangka panjang.

    Puncaknya terjadi pada Mei 2024, ketika Team Liquid, salah satu organisasi esports terbesar dunia asal Belanda–Amerika, resmi mengakuisisi Aura Esports dan ECHO. Akuisisi ini menjadi momen bersejarah yang menandai masuknya Team Liquid ke ekosistem esports Asia Tenggara. Christopher Jaja tetap dipercaya untuk memimpin arah strategis regional di bawah struktur global Team Liquid.

    Kini, dengan dukungan global dan fondasi lokal yang kuat, Aura Esports di bawah bendera Team Liquid melanjutkan misinya: membangun ekosistem esports profesional yang kompetitif, inklusif, dan berdaya saing internasional. Christopher Jaja berhasil membuktikan bahwa mimpi membangun tim esports Indonesia yang mendunia bukanlah hal mustahil — asalkan dijalankan dengan visi, dedikasi, dan strategi bisnis yang matang.


    Delwin Sukamto – Founder dan CEO Alter Ego Esports

    ko delwin ae
    Doc: instagram @delwynsukamto

    Di tengah dominasi nama-nama besar seperti RRQ dan ONIC, Alter Ego Esports hadir dengan karakter unik dan pendekatan yang berbeda. Di balik kesuksesan organisasi multigame ini berdiri sosok muda berbakat bernama Delwin Sukamto, atau yang akrab dikenal dengan panggilan Kodelwin. Ia bukan hanya seorang pengusaha, tetapi juga penggerak budaya kompetitif yang mengedepankan nilai, komunitas, dan identitas.

    Delwin lahir pada 12 Juli 1992 dan menempuh pendidikan tinggi di University of San Francisco, Amerika Serikat. Latar belakang akademik internasional ini memberinya wawasan luas tentang manajemen dan bisnis digital — dua aspek penting dalam membangun organisasi esports profesional. Selain sebagai CEO Alter Ego, Delwin juga menjabat sebagai Direktur PT Interbat, perusahaan besar di industri farmasi Indonesia.

    Perjalanan Alter Ego dimulai secara tidak terduga pada tahun 2017. Kala itu, Delwin menghadiri sebuah turnamen Dota 2 di Jakarta dan bertemu dengan tim kecil yang baru saja ditinggalkan oleh manajemennya. Melihat potensi dan semangat mereka, Delwin menawarkan tempat latihan di warnet miliknya. Dari situ lahirlah tim bernama The Watcher, yang kemudian berevolusi menjadi Alter Ego Esports.

    Nama dan logo Alter Ego memiliki makna filosofis yang mendalam. Menurut Delwin, tiga wajah pada logo tim menggambarkan tiga sisi manusia: wajah yang diketahui diri sendiri, wajah yang terlihat oleh orang lain, dan wajah tersembunyi yang tak diketahui siapa pun. Filosofi ini melambangkan keseimbangan antara identitas pribadi, tim, dan komunitas — nilai yang selalu dijaga Alter Ego hingga kini.

    Seiring waktu, Alter Ego berkembang menjadi salah satu organisasi esports paling kompetitif di Indonesia, dengan divisi kuat seperti Mobile Legends: Bang Bang, Valorant, dan PUBG Mobile. Tim Alter Ego MPL ID bahkan menjadi salah satu pesaing utama RRQ dan ONIC di liga nasional, berkat gaya bermain agresif dan kreativitas strategi yang khas.

    Di bawah kepemimpinan Delwin Sukamto, Alter Ego dikenal tidak hanya karena prestasinya, tetapi juga karena budaya organisasinya yang sehat dan inklusif. Ia selalu menekankan pentingnya keseimbangan antara performa dan kebahagiaan pemain. Dalam wawancara bersama media esports lokal, Delwin menegaskan:

    “Kami tidak hanya membentuk pemain profesional, tapi juga membangun manusia yang punya nilai dan tujuan.”

    Filosofi tersebut menjadikan Alter Ego sebagai organisasi yang dihormati — bukan hanya karena kemenangan, tetapi juga karena komitmennya terhadap pengembangan pemain dan integritas dalam industri.

    Kini, Alter Ego Esports berdiri sebagai simbol identitas, keseimbangan, dan kreativitas dalam lanskap esports Indonesia. Dan di balik semuanya, Delwin Sukamto menjadi contoh nyata bagaimana kepemimpinan yang berakar pada nilai dan visi dapat membangun warisan jangka panjang dalam dunia esports.


    Ivan Yeo – Pendiri EVOS Esports, Sang Visioner dari Asia Tenggara

    ivan yeo evos
    Doc: Desmond Wee

    Dalam peta esports Asia Tenggara, nama EVOS Esports berdiri sebagai ikon yang tak tergoyahkan. Di balik logo macan putih yang legendaris itu, ada sosok visioner bernama Ivan Yeo, pengusaha muda asal Singapura yang berhasil mengubah esports menjadi industri bernilai miliaran dengan pendekatan profesional dan berkelanjutan.

    Didirikan pada 1 September 2016, EVOS Esports lahir dari passion Ivan terhadap dunia game kompetitif. Berbeda dari kebanyakan pendiri organisasi esports lain, Ivan tidak datang dari latar pemain profesional. Ia datang sebagai entrepreneur dan pemimpin strategis yang memahami potensi ekonomi dan sosial di balik dunia gaming. Bersama rekan-rekannya — Hartman Harris, Wesley, dan Michael — ia mengakuisisi tim Zero Latitude, yang kemudian resmi berganti nama menjadi EVOS Esports.

    Di bawah kepemimpinan Ivan, EVOS tumbuh pesat menjadi organisasi esports multinasional dengan tim di berbagai negara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Divisi-divisinya mencakup berbagai game populer seperti Mobile Legends, Free Fire, PUBG Mobile, dan Dota 2.

    Puncak kejayaan EVOS datang pada tahun 2019, ketika tim EVOS Legends menjuarai M1 World Championship, ajang kejuaraan dunia Mobile Legends pertama. Kemenangan ini tidak hanya membawa kebanggaan bagi Indonesia, tetapi juga menegaskan posisi EVOS sebagai tim terkuat di dunia dalam skena MLBB.

    Tak berhenti di situ, Ivan Yeo juga dikenal karena perannya dalam mengembangkan bisnis esports secara berkelanjutan. Ia menjadi salah satu tokoh yang mendorong profesionalisasi manajemen tim, kemitraan brand, hingga pengembangan talenta muda. Pendekatannya menggabungkan strategi bisnis dan semangat komunitas — sesuatu yang membuat EVOS disegani di level internasional.

    Dedikasinya terhadap inovasi dan manajemen berbuah pengakuan global. Pada tahun 2020, Ivan masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia kategori Entertainment & Sports. Penghargaan tersebut menobatkannya sebagai salah satu tokoh muda yang berpengaruh besar dalam industri hiburan digital di Asia.

    Namun pada Juli 2021, Ivan Yeo resmi mengundurkan diri dari posisi CEO EVOS karena alasan kesehatan. Ia mengidap Kennedy’s Disease, penyakit langka yang memengaruhi fungsi motorik dan menyebabkan penurunan kekuatan otot secara bertahap. Meskipun demikian, warisan dan visi yang ia tinggalkan terus hidup melalui tim-tim EVOS yang masih aktif berlaga di berbagai turnamen dunia.

    Kini, EVOS Esports bukan sekadar organisasi — ia adalah ekosistem global yang menaungi ratusan pemain, kreator, dan profesional esports. Di balik semua itu, nama Ivan Yeo akan selalu dikenang sebagai sosok yang membuktikan bahwa esports bukan hanya tentang bermain game, melainkan tentang membangun masa depan industri hiburan digital di Asia.


    Jonathan Yuwono – Pendiri Rebellion Esports, Representasi Generasi Baru Esports Indonesia

    jonathan yuwono rbl navi
    Doc: GGWP

    Di antara deretan tim besar yang sudah mapan, Rebellion Esports hadir sebagai simbol semangat muda dan pembaruan dalam dunia esports Indonesia. Di balik organisasi ini berdiri Jonathan Yuwono, sosok visioner yang membawa pendekatan segar terhadap manajemen, kompetisi, dan pengembangan talenta lokal.

    Jonathan menempuh pendidikan di Singapore American School dan melanjutkan studinya di University of Michigan, Amerika Serikat. Dengan latar belakang internasional dan wawasan bisnis modern, ia kembali ke Indonesia untuk membangun sesuatu yang berbeda: tim esports yang tidak hanya berorientasi pada kemenangan, tetapi juga pada pembentukan budaya dan sistem pembinaan berkelanjutan.

    Pada tahun 2019, Jonathan resmi mendirikan Rebellion Esports (RBL). Tim ini mulai dikenal publik setelah menjadi tuan rumah Red Bull Rebellion Rising Stars Challenge, sebuah turnamen nasional yang menjadi batu loncatan bagi banyak pemain muda berbakat. Dari ajang inilah lahir divisi-divisi andalan Rebellion, seperti Mobile Legends: Bang Bang, Free Fire, dan PUBG Mobile.

    Divisi Mobile Legends Rebellion Zion debut di MPL Indonesia Season 8 pada tahun 2021, menggantikan slot tim legendaris Genflix Aerowolf. Meski awalnya sulit bersaing di papan atas, Rebellion terus menunjukkan perkembangan signifikan dari musim ke musim. Dengan filosofi “Grow with the Game,” Jonathan menekankan pentingnya proses, disiplin, dan pembelajaran dalam perjalanan menuju puncak.

    Langkah besar Rebellion terjadi pada tahun 2025, ketika organisasi ini resmi diakuisisi oleh Natus Vincere (NaVi) — tim esports asal Ukraina yang dikenal lewat prestasi di game Counter-Strike dan Dota 2. Akuisisi ini menjadikan NaVi sebagai organisasi Eropa kedua yang bergabung di MPL Indonesia, setelah sebelumnya Team Liquid masuk lewat akuisisi AURA & ECHO.

    Setelah akuisisi tersebut, Jonathan tetap dipercaya sebagai General Manager divisi MLBB NaVi Indonesia, memastikan transisi berjalan mulus tanpa mengubah nilai dasar Rebellion: membangun, beradaptasi, dan terus berkembang.

    Meski tergolong muda, Jonathan Yuwono telah menunjukkan kematangan visi yang jarang dimiliki pendiri esports lain. Ia melihat esports bukan sekadar kompetisi, melainkan ekosistem kreatif yang memadukan bisnis, komunitas, dan hiburan digital.

    Kini, dengan semangat kolaborasi internasional dan dedikasi terhadap pengembangan pemain lokal, Rebellion Esports menjadi representasi nyata dari arah baru industri esports Indonesia — yang inklusif, profesional, dan terbuka terhadap inovasi global.


    Kesimpulan: Membangun Ekosistem Esports dari Visi Para Pendiri

    Perjalanan para CEO dan pendiri tim esports Indonesia seperti Andrian Pauline (RRQ), Edwin Chia (Bigetron), Tommy Hermawan Lo (Dewa United), Rob Clinton Kardinal (ONIC), Christopher Jaja (AURA/ECHO), Delwin Sukamto (Alter Ego), Ivan Yeo (EVOS), dan Jonathan Yuwono (Rebellion) membuktikan bahwa industri ini tak sekadar tentang game — melainkan tentang inovasi, kepemimpinan, dan keberanian bermimpi besar.

    Mereka datang dari latar belakang berbeda: ada yang pengusaha, profesional, hingga gamer sejati. Namun satu hal menyatukan mereka — keyakinan bahwa esports adalah masa depan olahraga dan hiburan digital. Dengan strategi bisnis yang matang, visi jangka panjang, dan dukungan komunitas yang solid, mereka berhasil menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan esports Asia Tenggara.

    Kini, tim-tim seperti RRQ, EVOS, ONIC, Bigetron, dan Alter Ego bukan hanya mewakili kebanggaan nasional, tapi juga menginspirasi generasi muda untuk menekuni dunia digital secara profesional.

    Esports Indonesia, Masa Depan Ada di Tanganmu

    Kamu yang membaca ini adalah bagian dari generasi yang membentuk masa depan esports Indonesia.

    Baik sebagai pemain, kreator, analis, atau pengusaha, industri ini selalu membuka peluang untuk tumbuh.

    Seperti kata Rob Clinton Kardinal, “Bangun tim dengan karakter, bukan hanya skill.”

    Karakter, konsistensi, dan kolaborasi — itulah fondasi yang akan membawa ekosistem esports Indonesia ke level dunia.


    Sumber

    1. RevivalTV. (2023). Bigetron Red Aliens Juara Dunia, Bukti Dedikasi Ko Edwin. Retrieved from https://revivaltv.id

    2. Esports Insider. (2025). Team Vitality Completes Acquisition of Bigetron Esports. Retrieved from https://esportsinsider.com

    3. RRQ Official. (n.d.). Tentang RRQ. Retrieved from https://teamrrq.com

    4. Esports Charts. (2023). Team RRQ Named Most Popular Esports Team Worldwide. Retrieved from https://escharts.com

    5. Dewa United Official. (n.d.). Profil Klub & Divisi Esports. Retrieved from https://dewaunited.com

    6. CNBC Indonesia. (2022). Tommy Hermawan Lo, Pengusaha yang Bawa Dewa United ke Dunia Esports. Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com

    7. ONIC Esports Official. (n.d.). About Us. Retrieved from https://onic-esports.com

    8. Kompas Tekno. (2023). Rob Clinton Kardinal dan Perjalanan ONIC Menjadi Juara Asia Tenggara. Retrieved from https://tekno.kompas.com

    9. AVGI Official. (2024). Struktur Kepengurusan Asosiasi Video Games Indonesia. Retrieved from https://avgi.or.id

    10. AURA Esports Official. (n.d.). Tentang Kami. Retrieved from https://auraesports.id

    11. Team Liquid. (2024). Press Release: Team Liquid Acquires AURA and ECHO Esports. Retrieved from https://www.teamliquid.com

    12. Alter Ego Esports Official. (n.d.). Tentang Kami & Filosofi Tiga Wajah. Retrieved from https://alteregoesports.com

    13. One Esports Indonesia. (2022). Delwin Sukamto: Kami Bukan Sekadar Tim. Retrieved from https://www.oneesports.id

    14. EVOS Esports Official. (n.d.). Tentang EVOS. Retrieved from https://evosesports.com

    15. Forbes Asia. (2020). 30 Under 30 Asia: Ivan Yeo (Entertainment & Sports). Retrieved from https://www.forbes.com

    16. Kompas Tekno. (2021). Ivan Yeo Resmi Mundur dari EVOS Karena Kennedy’s Disease. Retrieved from https://tekno.kompas.com

    17. Rebellion Esports Official. (n.d.). Tentang Kami. Retrieved from https://rebellionesports.id

    18. GGWP.ID. (2025). NaVi Resmi Akuisisi Rebellion Esports, Langkah Besar untuk MPL Indonesia. Retrieved from https://ggwp.id

    19. Red Bull Indonesia. (2019). Rising Stars Challenge: Ajang Lahirnya Rebellion Esports. Retrieved from https://www.redbull.com/id-id

    20. YouTube. (2025). Deretan Pendiri/CEO Tim Esports Indonesia Dijelaskan Dalam 14 Menit! Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=qWrKszyf0DY

    Comments

    Kami mungkin memperoleh komisi ketika Anda mengklik tautan ecommerce dan membeli barang.
    Info lebih lanjut.

    Additional JS